Senin, 21 Oktober 2013

Komunikasi Dalam Organisasi

Pengertian Komunikasi
                Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Unsur-unsur komunikasi dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
  • Media
Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.
Penerima, Penerima adalah  pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.  Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelempok, partai atau negara.
  • Sumber
dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya
  • Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage, content atau informasi (Hafied Cangara, 2008;22-24).
  • Pengaruh atau efek
Perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini biisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.

Dan perlu kita ketahui dalam komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian:
  1. 1.       Segi sifat
¢  Komunikasi Lisan
=> Komunikasi lisan secara langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka.
¢  Komunukasi Tertulis
=> Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima
¢  Komunikasi Verbal
=> Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal.
¢  Komunikasi Non Verbal
=> Komunikasi non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata.
  1. 2.       SEGI LAWAN
  • Komunikasi Satu Lawan Satu
Berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknya
Contohnya          : berbicara melalui telepon
  • Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
Berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok.
Contohnya          : kelompok warga menginterogasi maling.
  • Kelompok Lawan Kelompok
Berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain.
Contohnya          : debat partai politik.
  1. 3.       SEGI KERESMIAN
  • Komunikasi formal
Komunikasi yang memperhitungkan tingkat ketepatan, keringkasan, dan kecepatan komunikasi.
  • Komunikasi informal
Komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi . Fungsi komunikasi informal adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan kelompok informal , penyebaran informasi yang bersifat pribadi dan privat seperti isu , gosip , atau rumor .
  1. 4.       Segi arah
¢  Komunikasi keatas
=> Porsi ini sebenarnya dituntut untuk seimbang dengan komunikasi ke bawah. Berbeda dengan komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas mengalir dari orang pada hirarki yang lebih rendah kejenjang yang lebih tinggi.
¢  Komunikasi kebawah
=> Mengalir dari orang pada hirarki yang lebih tinggi ke jenjang yang lebih rendah.
¢  Komunikasi diagonal
=> Merupakan jalur komunikasi yang paling jarang digunakan,komunikasi diagonal penting dalam situasi ketika para anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui jalur ini.
¢  Komunikasi horizontal
=> Merupakan pertimbangan utama dalam desain organisasi,namun organisasi yang efektif memerlukan juga komunikasi horizontal yang sangat perlu bagi koordinasi dan integrasi dari beraneka ragam fungsi keorganisasian.  Misalnya, komunikasi antar produksi dan pemasaran dalam organisasi bisnis, dsb.
¢  Komunikasi satu arah
=> Pemberitahuan gempa melalui BMKG(tanpa ada timbal balik).
¢  Komunikasi Dua Arah
=> Berbicara dengan adanya timbal balik/ saling berkomunikasi.
Hambatan – Hambatan Komunikasi
v  Hambatan Teknis
                Hambatan jenis ini timbul karena lingkungan yang memberikan dampak pencegahan terhadap kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan. Dari sisi teknologi, keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi, akan semakin berkurang dengan adanya temuan baru di bidang teknologi komunikasi dan sistim informasi, sehingga saluran komunikasi dalam media komunikasi dapat diandalkan serta lebih efisien.
v   Hambatan Semantik
                Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea secara efektif. Definisi semantik adalah studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas, akan tetap menjadi tidak jelas bagaimanapun baiknya transmisi.
v   Hambatan Manusiawi
                                Hambatan jenis ini muncul dari masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh orang-orang yang terlibat dalam komunikasi, baik komunikator maupun komunikan.

Hambatan semantik dibagi menjadi 3,
diantaranya:
  1. 1.       Salah pengucapan kata atau istilah karena terlalu cepat berbicara.
contoh: partisipasi menjadi partisisapi.
  1. 2.   Adanya perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang pengucapannya sama.
Contoh: bujang (Sunda: sudah; Sumatera: anak laki-laki).
  1. 3.  Adanya pengertian konotatif
Contoh: secara denotative, semua setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat. Sedangkan secara konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan.
Untuk menghindari mis-komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikannya, serta melihat dan mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap kata-kata yang digunakannya.


Beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif
  1. 1.       Mendengar.
Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, ituyang ingin kita dengar.
  1. 2.       Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
  2. 3.       Menilai sumber.
cenderung menilai siapa yang memberikan informasi.
4. Persepsi yang berbeda.
Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
  1. 5.       Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda.
artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita.
  1. 6.       Sinyal nonverbal yang tidak konsisten. (ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara
  2. 7.       Pengaruh emosi.
  3. 8.       Gangguan.
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.

Senin, 13 Mei 2013

Penampilan Tugas IBD ( Ilmu Budaya Dasar )



Pada saat penampilan untuk tugas IBD, saya bersama kelompok saya mendubbing lagu dari Group Band Ran - Tunjukan Cintamu, dan kelompok kami memerankan sesuai dengan suasana dan irama yang ada di lagu tersebut.

Lirik lagu ran-Tunjukkan cintamu :

Kuingin menunjukkan cintaku
Oh kepada belahan jiwaku
Tlah lama kumenanti waktu
Untuk mengungkapkan isi hatiku

Jangan kau berdiam dan menunggu
Cinta yang datang menghampirimu
Jika kau hanya berdiam diri
Hanya rasa sesal yang kan kau rasakan nanti

* 1
Tunjukkanlah rasa cintamu
Coba buat mereka tahu
Betapa indahnya dunia bila engkau sedang jatuh cinta

Berlarilah sekuat kau mampu
Hingga kau mendapatkan cintaku
Buktikan bila kau memang mau
membuat ku berikan cinta ini kepadamu

Disaat matahari bersinar
Burung - burung pun mulai berkicau
Cintaku kan selalu membentang
Untuk kau arungi bersamaku

Tunjukkanlah rasa cintamu
coba buat mereka tahu
Betapa indahnya dunia bila engkau sedang jatuh cinta

* 2
showing my love is
what i m doing
doing....baby your love is what
i m looking for coz i really need ur sweet lovein
and every time i see you,i see you.....

back to * 1 and * 2

i feel so in love
u gotta show it to me...show it to me
show it me
showing it to you

Kebudayaan Ritual Adat Suku Jawa - Rangkaian Upacara Adat Pengantin Jawa ( Jawa Tengah )




Upacara perkawinan adat pengantin Jawa sebenarnya bersumber dari tradisi keraton. Bersamaan dengan itu lahir pula seni tata rias pengantin dan model busana pengantin yang aneka ragam. Seiring perkembangan zaman, adat istiadat perkawinan tersebut, lambat laun bergerak keluar tembok keraton. Sekalipun sudah dianggap milik masyarakat, tapi masih  banyak calon pengantin yang ragu-ragu memakai busana pengantin basahan (bahu terbuka) yang konon hanya diperkenankan bagi mereka yang berkerabat dengan keraton.
Pada dasarnya banyak persamaan yang menyangkut upacara perkawinan maupun tata rias serta busana kebesaran yang dipakai keraton Yogyakarta, Surakarta dan mengkunegara. Perbedaan yang ada bisa dikatakan merupakan identitas masing-masing yang menonjolkan ciri khusus, dan itu justru memperkaya khasanah budaya bangsa kita. Bertolak dari kenyataan tersebut, sudah sering diselenggarakan sarahsehan yang berkenan dengan adat istiadat perkawinan oleh kerabat keraton, agar masyarakat merasa mantap mendandani calon pengantin dengan gaya keraton, sekaligus agar tidak terjadi kekeliruan dalam penerapannya. Kali ini PENGANTIN menampilkan rangkaian upacara adat Pengantin Jawa.

Serah-Serahan

Setelah dicapai kata sepakat oleh kedua belah pihak orang tua tentang perjodohan putra-putrinya, maka dilakukanlah 'serah-serahan' atau disebut juga 'pasoj tukon'. Dalam kesempatan ini pihak keluarga calon mempelai putra menyerahkan barang-barang tertentu kepada calon mempelai putri sebagai 'peningset', artinya tanda pengikat. Umumnya berupa pakaian lengkap, sejumlah uang, dan adakalanya disertai cincin emas buat keperluan 'tukar cincin'.


Pingitan
Saat-saat menjelang perkawinan, bagi calon mempelai putri dilakukan 'pingitan' atau 'sengkeran' selama lima hari, yang ada pada perkembangan selanjutnya hanya cukup tiga hari saja. Selama itu calon mempelai putri dilarang keluar rumah dan tidak boleh bertemu dengan calon  mempelai putra. Seluruh tubuh pengantin putri dilulur dengan ramu-ramuan, dan dianjurkan pula berpuasa. Tujuannya agar pada saat jadi pengantin nanti, mempelai putri tampil cantik sehingga membuat pangling orang yang menyaksikannya.


Pasang Bleketepe/ Tarup
Upacara pasang 'tarup' diawalkan dengan pemasangan 'bleketepe' (anyaman daun kelapa) yang dilakukan oleh orangtua calon mempelai putri, yang ditandai pula dengan pengadaan  sesajen. Tarup adalah bangunan darurat yang dipakai selama upacara berlangsung. Pemasangannya memiliki persyaratan khusus yang mengandung makna religius, agar rangkaian upacara berlangsung dengan selamat tanpa adanya hambatan. Hiasan tarup, terdiri dari daun-daunan dan buah-buahan yang disebut 'tetuwuhan' yang  memiliki nilai-nilai simbolik.



Siraman



Makna upacara ini, secara simbolis merupakan persiapan dan pembersihan diri lahir batin kedua calon mempelai yang dilakukan dirumah masing-masing. Juga merupakan media permohonan doa restu dari para pinisepuh. Peralatan yang dibutuhkan, kembang setaman, gayung, air yang diambil dari 7 sumur, kendi dan bokor.
Orangtua calon mempelai putri mengambil air dari 7 sumur, lalu dituangkan ke wadah kembang setaman. Orangtua calon mempelai putri mengambil air 7 gayung untuk diserahkan kepada panitia yang akan mengantarnya ke kediaman calon mempelai putra. Upacara ini dimulai dengan sungkeman kepada orangtua calon pengantin serta para pini sepuh.
Siraman dilakukan pertama kali oleh orangtua calon pengantin, dilanjutkan oleh para pinih sepuh, dan terakhir oleh ibu calon mempelai mempelai putri, menggunakan kendi yang kenudian dipecahkan ke lantai sembari mengucapkan, "Saiki wis pecah pamore" ("Sekarang sudah pecah pamornya").



Paes/ Ngerik

Setelah siraman, dilakukan upacara ini, yakni sebagai lambang upaya memperindah diri secara lahir dan batin. 'Paes' (Rias)nya baru pada tahap 'ngalub-alubi' (pendahuluan), untuk memudahkan paes selengkapnya pada saat akan dilaksanakan temu. Ini dilakukan dikamar calon mempelai putri, ditunggui oleh para ibu pini sepuh.
Sembari menyaksikan paes, para ibu memberikan restu serta memanjatkan do'a agar dalam upacara pernikahan nanti berjalan lancar dan khidmat. Dan semoga kedua mempelai nanti saat berkeluarga dan menjalani kehidupan dapat rukun 'mimi lan mintuno', dilimpahi keturunan dan rezeki.


Dodol Dawet

Prosesi ini melambangkan agar dalam upacara  pernikahan yang akan dilangsungkan, diknjungi para tamu yang melimpah bagai cendol dawet yang laris terjual. dalam upacara ini, ibu calon mempelai putri bertindak sebagai penjual dawet, didampingi dan dipayungi oleh bapak calon mempelai putri, sambil mengucapkan : "Laris...laris". 'Jual dawet' ini dilakukan dihalaman rumah. Keluarga. kerabat adalah pembeli dengan pembayaran 'kreweng' (pecahan genteng)
Selanjutnya adalah 'potong tumpeng' dan 'dulangan'. Maknanya, 'ndulang' (menyuapi) untuk yang terakhir kali bagi putri yang akan menikah. Dianjurkan dengan melepas 'ayam dara' diperempatan jalan oleh petugas, serta mengikat 'ayam lancur'  dikaki kursi mempelai putri. Ini diartikan sebagai simbol melepas sang putri yang akan mengarungi bahtera perkawinan.
Upacara berikutnya, 'menanam rikmo' mempelai putri dihalaman depan dan 'pasang tuwuhan' (daun-daunan dan buah-buahan tertentu). Maknanya adalah 'mendem sesuker', agar kedua mempelai dijatuhkan dari kendala yang menghadang dan dapat meraih kebahagiaan.


Midodareni

Ini adalah malam terakhir bagi kedua calon mempelai sebagai bujang dan dara sebelum melangsungkan pernikahan ke esokan harinya. Ada dua tahap upacara di kediaman  calon mempelai  putri. Tahap pertama, upacara 'nyantrik', untuk  meyakinkan bahwa calon mempelai putra akan hadir pada upacara pernikahan yang waktunya sudah ditetapkan. Kedatangan calon mempelai putra diantar oleh wakil orangtua, para sepuh, keluarga serta kerabat untuk menghadap calon mertua.
Tahap kedua, memastikan bahwa keluarga calon mempelai putri sudah siap melaksanakan prosesi pernikahan dan upacara 'panggih' pada esok harinya. Pada malam tersebut, calon mempelai putri sudah dirias sebagaimana layaknya. Setelah menerima doa restu dari para hadirin, calon mempelai putri diantar kembali masuk ke dalam kamar pengantin, beristirahat buat persiapan upacara esok hari. Sementara para pni sepuh, keluarga dan kerabat bisa melakukan 'lek-lekan' atau 'tuguran', dimaksudkan untuk mendapat rahmat Tuhan agar seluruh rangkaian upacara berjalan lancar dan selamat.



Pernikahan

Pernikahan, merupakan upacara puncak yang dilakukan menurut keyakinan agama si calon mempelai. Bagi pemeluk Islam, pernikahan bisa dilangsungkan di masjid atau di kediaman calon mempelai putri. Bagi pemeluk Kristen dan Katolik, pernikahan bisa dilangsungkan di gereja.
Ketiga pernikahan berlangsung, mempelai putra tidak diperkenankan memakai keris. Setelah upacara pernikahan selesai, barulah dilangsungkan upacara adat, yakni upacara 'panggih' atau 'temu'.


Panggih (Temu)
Sudah menjadi tradisi, prosesi ini berurutan secara tetap, tapi dimungkinkan hanya dengan penambahan variasi sesuai kekhasan daerah di Jawa Tengah. Diawali dengan kedatangan rombongan mempelai putra yang membawa 'sanggan', berisi 'gedang ayu suruh ayu', melambangkan keinginan untuk selamat atau 'sedya rahayu'. sanggan tersebut diserahkan kepada ibu mertua sebagai penebus.
Upacara dilanjutkan dengan penukaran 'kembang mayang'. Konon, segala peristiwa yang menyangkut suatu formalitas peresmian ditengah masyarakat, perlu kesaksian. Fungsi kembang mayang, konon sebagai saksi dan sebagai penjaga serta penangkal (tolak bala). Setelah berlangsungnya upacara, kembang mayang tersebut ditaruh di perempatan jalan, yang bermakna bahwa  setiap orang yang melewati jalan itu, menjadi tahu bahwa di daerah itu baru saja berlangsung upacara perkawinan. 'Panggih' atau 'temu' adalah dipertemukannya mempelai putri dan mempelai putra, yang berlangsung sebagai berikut :


Balangan gantal/ Sirih


Mempelai putri dan mempelai putra dibimbing menuju 'titik panggih'. Pada jarak lebih kurang lima langkah, masing-masing mempelai saling melontarkan sirih atau gantal yang telah disiapkan. Arah lemparan mempelai putra diarahkan ke dada mempelai putri, sedangkan mempelai putri mengarahkannya ke paha mempelai putra. Ini sebagai lambang cinta kasih suami terhadap istrinya, dan si istri pun menunjukan baktinya kepada sang suami.



Wijik

Mempelai putra menginjak telur ayam hingga pecah. Lalu mempelai putri membasuh kaki mempelai putra dengan air kembang setaman, yang kemudian dikeringkan dengan handuk. Prosesi ini malambangkan kesetiaan istri kepada suami. Yakni, istri selalu berbakti dengan sengan hati dan bisa memaafkan segala hal yang kurang baik yang dilakukan suami. Setelah wijik dilanjutkan dengan 'pageran', maknanya agar suami bisa betah di rumah. Lalu diteruskan dengan sembah sungkem mempelai putri kepada mempelai putra.


Pupuk
Ibu mempelai putri mengusap ubun-ubun mempelai putra sebanyak tiga kali dengan air kembang setaman. Ini sebagai lambang penerimaan secara ikhlas terhadap menantunya sebagai suami dari putrinya.

Sinduran/ Binayang

Prosesi ini menyampirkan kain sindur yang berwarna merah ke pundak kedua mempelai (memperlai putra di sebelah kanan) oleh bapak dan ibu mempelai putri. Saat berjalan perlaham-lahan menuju pelaminan dengan iringan gending, Paling depan di awali bapak mempelai putri mengiringi dari belakang dengan memegangi kedua ujung sindur. Prosesi ini menggambarkan betapa kedua mempelai telah diterima keluarga besar secara utuh, penuh kasih sayang tanpa ada perbedaan anatara anak kandung dan menantu.




 Bobot Timbang

Kedua mempelai duduk dipangkuan bapak mempelai putri. Mempelai putri berada dipaha sebelah kiri, mempelai putra dipaha sebelah kanan. Upacara ini disertai dialog antara ibu dan bapak mempelai putri. "Abot endi bapakne?" ("Berat yang mana, Pak) kata sang ibu. "Podo, podo abote," ("Sama beratnya") sahut sang bapak. Makna dari upacara ini adalah kasih sayang orangtua terhadap anak dan menantu sama besar dan beratnya.



Guno Koyo - Kacar-kucur

Pemberian 'guno koyo' atau 'kacar-kucur' ini melambangkan pemberian nafkah yang pertama kali dari suami kepada istri. Yakni berupa : kacang tolo merah, keledai hitam, beras putih, beras kuning dan kembang telon ditaruh didalam 'klasa bongko' oleh mempelai putra yang dituangkan ke pangkuan mempelai putri. Di pangkuan mempelai putri sudah disiapkan serbet atau sapu tangan yang besar. Lalu guno koyo dan kacar-kucur dibungkus oleh mempelai putri dan disimpan.




FILOSI DARI UPACARA RITUAL ADAT SUKU JAWA
UPACARA ADAT PENGANTEN JAWA (JAWA TENGAH)



Indonesia memang sungguh kaya akan ragam budaya, tak hanya ragam budaya milik suku-suku yang ada, keragaman bahkan ada juga dalam internal adat-istiadat satu suku yang sama. Salah satu kekayaan ragam budaya yang ada adalah upacara pernikahan, yang lebih khusus lagi adalah tata rias pengantinnya.

Konde yang dipakai oleh pengantin wanita dibentuk asimetris. Bagian kiri lebih besar dari bagian kanan. Bentuknya pun lebar, sehingga konde ini disebut sebagai “konder”, akronim dari “konde omber” (konde lebar). Karena emang konde ini harus memuat bunga hiasan yang terdiri dari bunga mawar, kantil, dan kenanga.
bunga kantil dan kenanga ini juga melambangkan sesuatu dalam falsafah Jawa. Bunga kantil digunakan karena kantil yang dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai “ikut”, atau “terkait”. Hal ini mengandung falsafah bahwa seorang pria dan wanita menjadi terkait satu dengan yang lain dalam upacara pernikahan. Mereka tak lagi dua, tapi menjadi satu dalam satu keluarga batih, sedangkan bunga kenanga melambangkan bahwa perkawinan ini akan selalu menjadi kenangan, bahkan sampai kelak anak cucu mereka.

Jarit atau jarik yang digunakan oleh pengantin biasanya mengambil motif yang disebut dengan awalan “sido”, entah itu sido drajat, sido mukti, atau sido lainnya, tapi, ada satu jenis jarik motif sido ini yang tidak boleh digunakan saat upacara pernikahan, yaitu sido luhur. Motif ini tidak boleh digunakan karena memang motif sido luhur ini khusus digunakan untuk menutupi jenazah. Seperti apa motif jarik “sido” ini dapat temen2 lihat pada gambar.

Busana pengantin Jawa juga dilengkapi oleh begitu banyak aksesoris, terutama pengantin putrinya, tapi ada satu aksesoris yang tak boleh lupa dikenakan oleh pengantin pria. Aksesoris tersebut adalah hiasan rantai pada beskap dengan bandul taring macan. Penggunaan taring raja hutan ini menjadi lambang bahwa pria Banyumas adalah pria-pria yang berani, terutama saat menjadi “raja” atau kepala rumah tangga. Berani di sini jangan disama artikan dengan berani sama istri lho ya, hahahaha… Berani di sini lebih mengacu kepada tanggung jawab dalam menafkahi istri dan keluarganya baik lahir maupun batin. Oh iya, beskap pengantin pria biasanya mempunyai model yang disebut “kucing anjlog” (kucing terjun). Karena memang potongan bagian bawah beskap yang menurun pada bagian depan.

Seperti budaya Jawa lain yang kental perlambang, makna, dan filosofi, busana pengantin Jawa pada umumnya juga mengandung filosofi. Satu filosofi yang sangat bersifat spiritual ada pada jumlah aksesoris yang dipakai oleh pengantin. Seluruh aksesoris, mulai dari bunga hiasan konde, bunga Angka-angka itu mengandung filosofi spiritual yang kental dipengaruhi agama Islam yang resmi dianut oleh kerajaan Mataram Islam. Angka 3 melambangkan jumlah alam yang pernah atau akan dihuni oleh manusia, yaitu alam rahim atau kandungan, alam fana atau dunia, serta alam baka. Angka 5 melambangkan jumlah dunia yang dikenal oleh orang yang berusia sebelum akhil baliq, yaitu kandungan, fana, hewan, tumbuhan, serta baka. Sedangkan saat orang itu menginjak usia akhil baliq, saat mereka mulai dewasa, dan  mengenal godaan-godaan dunia, mereka akan mengenal 2 alam lagi, yaitu alam setan dan alam malaikat, yang akhirnya akan menambah angka keseluruhan menjadi 7 alam atau dunia yang dekat dengan manusia tersebut.ronce, cundhuk mentul, sampai kalung yang digunakan semuanya pasti berjumlah 3, 5, atau 7.